Perbedaan Spermatogenesis dan Oogenesis : Pengertian dan Faktor Yang Mempengaruhi

Perbedaan Spermatogenesis dan Oogenesis : Pengertian dan Faktor Yang Mempengaruhi – Apa sajakah itu Perbedaan Spermatogenesis dan Oogenesis? Pada kesempatan kali ini Seputarpengetahuan.co.id akan membahas tentang Spermatogenesis dan Oogensis beserta hal-hal yang melingkupinya. Mari kita simak pembahasannya pada artikel di bawah ini untuk lebih dapat memahaminya.

Perbedaan Spermatogenesis dan Oogenesis : Pengertian dan Faktor Yang Mempengaruhi


Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Sel gamet terdiri dari gamet jantan (spermatozoa) yang dihasilkan di testis dan gamet betina (ovum) yang dihasilkan di ovarium. Sebelum saling bertemu dalam proses pembuahan, kedua sel kelamin ini perlu melalui proses pematangan untuk akhirnya dilepaskan.

Proses pematangan spermatozoa dinamakan spermatogenesis dan untuk sel telur disebut oogenesis. Keduanya memiliki empat tahap dalam prosesnya, yaitu tahap perbanyakan, pertumbuhan, pematangan, dan perubahan bentuk.

Perbedaan antara Spermatogenesis dan Oogenesis diantaranya adalah :

  • Spermatogenesis adalah produksi sel sperma laki-laki, sedangkan Oogenesis adalah produksi ovum wanita
  • Pada vertebrata, Spermatogenesis terjadi di testis pria, sedangkan Oogenesis terjadi pada ovarium perempuan.
  • Spermatogenesis dimulai di spermatosit primer, sedangkan Oogenesis dimulai dari Oosit Primer
  • Spermatogenesis menghasilkan empat spermatozoa fungsional dari spermatosit primer. Sedangkan Oogenesis menghasilkan ovum tunggal dari 3 badan polar Oosit primer.
  • Pada Spermatogenesis, hasil sitokinesis dalam dua sel berukuran sama, sedangkan, pada Oogenesis, menghasilkan dua sel yang sangat tidak setara.
  • Sel sperma tidak mengandung makanan, misalnya ovum (sel telur)
  • Sel-sel sperma jauh lebih kecil dari sel telur
  • Sel-sel sperma yang motil, sedangkan pada ovum adalah immotile
  • Spermatogenesis selesai sementara di testis. Sedangkan devisi pematangan sekunder Oogenesis terjadi di luar Ovarium atau saluran telur.
  • Spermatogenesis dimulai di masa pubertas, sedangkan pada Oogenesis dimulai dari sebelum kelahiran, pada tahap perkembangan embrio
  • Spermatogenesis menghasilkan sel sperma pada satu waktu, sedangkan pada hasil Oogenesis hanya satu ovum per bulan.
  • Spermatogenesis melibatkan fase pertumbuhan pendek, sedangkan Oogenesis melibatkan fase yang panjang.
  • Spermatogenesis terjadi secara terus menerus setelah pubertas, sedangkan pada Oogenesis terjadi dalam pola siklik
  • Spermatogenesis adalah awal dari proses pembentukan sel spermatozoa yang biasa kita kenal sebagai sperma.
  • Proses ini terjadi di organ kelamin jantan yang disebut testis, tepatnya di bagian tubulus seminiferous.

Spermatogenesis

Spermatogenesis – Spermatogenesis dalam arti luas adalah proses pembentukan dan pematangan sel benih pria atau spermatozoa. Sehingga tujuan utama dari spermatogenesis adalah pembentukan sel benih yang jumlahnya 4 sperma fungsional. Pembentukan Spermatogenesis dimulai dari tubulus seminiferus, yang sesuai dari jenis mereka yang bentuknya mirip dengan mie kecil, lurus atau bengkok pada testis.

Di bagian dalam tubulus seminiferus dilapisi dengan sel Sertoli dan Spermatogonia. Sel-sel Sertoli disebut dengan “sel perawat” karena mereka membantu dalam pengembangan sperma dengan memakan bahan limbah dari spermatogenesis dan mengalahkan sel-sel melalui kanal-kanal tubulus.

Spermatogenesis adalah awal dari proses pembentukan sel spermatozoa yang biasa kita kenal sebagai sperma. Proses ini terjadi di organ kelamin jantan yang disebut testis, tepatnya di bagian tubulus seminiferous

Tubulus seminiferous berperan penting pada proses pembentukan sperma karena pada dindingnya terdapat calon sperma (spermatogonium/spermatogonia) yang berjumlah ribuan. Benih-benih sperma ini diberi nutrisi oleh sel Sertoli, yang juga terdapat di tubulus seminiferous, untuk bisa melakukan pembelahan sel yang terdiri dari mitosis dan meiosis, hingga pada akhirnya terbentuk menjadi sperma yang matang.

Sperma yang matang kemudian disimpan di suatu saluran yang terletak di belakang testis, yakni epididimis. Dari epididimis, sperma bergerak ke bagian lain yang dinamakan vas deferens dan duktus ejakulatorius.

Di dalam duktus ejakulatorius, cairan yang dihasilkan oleh organ reproduksi lainnya, seperti vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan bulbo uretra, ditambahkan pada sperma hingga membentuk cairan yang biasa disebut sebagai semen atau air mani. Cairan ini kemudian mengalir menuju uretra dan dikeluarkan ketika ejakulasi.


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Spermatogonesis

Faktor-faktor berikut memengaruhi proses terbentuknya sperma, di antaranya adalah:

  • Hormon

Hormon memegang peranan penting dalam proses pembentukan sperma. Beberapa jenis hormon yang punya andil dalam proses ini, yaitu:

    • LH (Luteinizing Hormone)

LH berfungsi untuk merangsang sel Leydig yang terdapat di testis untuk menghasilkan hormon testosteron yang dapat mendorong proses spermatogenesis terjadi.

    • FSH (Folicle Stimulating Hormone)

FSH merupakan hormon yang dapat merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein), yang berfungsi untuk melindungi, menunjang, dan memberi makan benih sperma hingga menjadi sperma yang matang.

    • Testosteron

Hormon testosteron dihasilkan oleh testis yang berfungsi merangsang perkembangan organ s*ks untuk melakukan spermatogenesis.

Keseimbangan hormon-hormon di atas akan membantu pembentukan sperma yang berkualitas. Sebaliknya, jika terdapat ketidakseimbangan dalam jumlahnya, maka sperma akan mengalami penurunan kualitas hingga dapat menyebabkan gagalnya sperma dalam membuahi sel telur.

  • Suhu testis

Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau terlalu lama melakukan kegiatan dengan kondisi panas yang berlebihan, bisa menyebabkan berkurangnya pergerakan dan jumlah sperma, serta meningkatkan jumlah sperma yang abnormal di dalam semen. Pembentukan sperma yang paling efisien adalah pada suhu 33,5° C (lebih rendah dari suhu tubuh).

  • Penyakit

Penyakit serius pada testis atau terjadinya penyumbatan pada vas deferens bisa mengakibatkan azoospermia, yang merupakan gangguan di mana sperma tidak terbentuk sama sekali. Selain itu, jika terjadi pelebaran vena di dalam skrotum (kantong testis) yang dinamakan varikokel, dapat menyebabkan terhalangnya aliran darah pada testis sehingga mengurangi laju pembentukan sperma.

  • Obat-obatan

Penggunaan obat-obatan, seperti simetidin, spironolakton dan nitrofurantoin, atau pemakaian ganja, dapat memengaruhi jumlah sperma yang dihasilkan.


Tahapan spermatogenesis

Adapun beberapa tahapan dalam spermatogenesis yang dapat menghasilkan 4 sel sperma fungsional dan ke-4 sel sperma tersebut subur / fertil.

Tahapan spermatogenesis adalah :

1 spermatogonium -> 1 spermatosit primer -> 2 spermatosit sekunder -> 4 spermatid -> 4 sperma atau spermarozoa.

Penjelasan :

  • Spermatogonium

Spermatogenium adalah tahapan pertama dari spermatogenesis yang dihasilkan oleh tesis. Spermatogonium terdiri dari 46 kromosom yang bersifat 2n / diploid (kromosom berpasangan).

  • Spermatosit Primer

Spermatosit primer adalah hasil mitosis dari spermatogenium. Tahap ini adalah tahap pendewasaan dan tidak terjadi pembelahan. Spermatosit primer terdiri dari 46 kromosom dan bersifat 2n.

  • Spermatosit Sekunder

Spermatosit sekunder adalah hasil meiosis I dari spermatosit primer yang terdiri dari 23 kromosom dan bersifat n / haploid (kromosom tidak berpasangan).

  • Spermatid

Spermatid adalah hasil meiosis II dari spermatosit sekunder yang terdiri dari 23 kromosom dan bersifat n / haploid (kromosom tidak berpasangan).

  • Sperma atau Spermarozoa

Sperma adalah perubahan bentuk atau diferensisasi dari spermatid. Spermatid berubah menjadi sperma yang memiliki bagian – bagian tersendiri, seperti kepala, leher, dan ekor.

Sperma terdiri dari 23 kromosom dan bersifat n / haploid. Tahap ini juga merupakan tahap sperma yang telah matang dan fungsional.


Oogenesis

Pada dasarnya, Oogenesis adalah proses pembentukan ovum atau sel telur yang terjadi pada tubuh wanita. Tujuan utama dari Oogenesis adalah membentuk ovum dalam proses pembuahan atau reproduksi. Proses yang berlangsung di organ reproduksi wanita, yakni ovarium, dengan fungsi utama menghasilkan sel telur atau ovum.

Pada prosesnya menghasilkan 1 ovum fungsional. Oogenesis terjadi pada spesies dengan reproduksi s*ksual, dan keseluruhan tahap belum matang sel telur. Untuk matang, sel telur melewati lima tahap pada mamalia. Oogonium, Oosit primer, Oosit sekunder, Ootid, dan Ovum

Umumnya spesies yang mengalami reproduksi s*ksual, sel telur mengandung setengah materi genetik dari individu dewasa. Reproduksi yang terjadi disaat sel telur dibuahi oleh gamet jantan, atau sperma. Sperma berisi setengah bahan genetik dari individu yang matang, sehingga embrio yang dibentuk oleh fertilisasi berisi set lengkap materi genenik, setengah sel telur dan setengah dari sperma.

Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam indung telur yang disebut ovarium. Oogenesis dimulai dengan pembentukan benih sel-sel telur yang disebut oogonia. Pembentukan sel telur pada perempuan dimulai sejak di dalam kandungan ibu, ketika masih berbentuk janin yang sudah memiliki organ reproduksi.

Sama seperti pembentukan sperma, sel telur juga mengalami proses pembelahan yang disebut mitosis dan meiosis. DI akhir bulan ketiga usia janin, semua oogonia telah selesai dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan. Seluruh oogonia tersebut akan membelah hingga menjadi sel telur. Pembelahan ini baru berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan.

Selama proses tersebut berlangsung, akan terbentuk 6-7 juta sel telur dan akan berkurang hingga sekitar 1 juta sel telur pada saat bayi dilahirkan. Sel telur tersebut terus mengalami penurunan jumlah hingga sekitar 300.000 sel telur yang disimpan hingga masa pubertas tiba.

Usai masa pubertas, seorang wanita akan memasuki masa aktif reproduksi di mana oogenesis kembali terjadi dalam waktu satu bulan sekali, yang diatur dalam siklus menstruasi. Selama masa aktif reproduksinya, hanya sekitar 300-400 telur matang yang akan dilepaskan untuk selanjutnya dibuahi. Jumlah dan kualitas telur ini akan terus menurun seiring berjalannya usia seorang wanita.

Selama siklus menstruasi berlangsung, indung telur akan menghasilkan 5-20 kantong kecil yang disebut dengan folikel. Setiap folikel ini mengandung sel telur yang belum matang. Namun, hanya sel telur paling sehatlah yang pada akhirnya akan matang. Telur-telur yang sudah matang tersebut akan dilepaskan oleh indung telur ke saluran telur bernama tuba falopi.

Selanjutnya, jika sel telur tersebut bertemu dengan sel sperma dan berhasil dibuahi, sel telur tersebut akan menetap di tuba falopi dan menempel di dinding rahim. Jika tidak terjadi pembuahan, maka sel telur akan dikeluarkan dari dalam tubuh sekitar 14 hari kemudian dalam bentuk darah menstruasi.

Perbedaan Spermatogenesis dan Oogenesis


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Oogenesis

Proses pembentukan oogenesis dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon, seperti FSH dan LH. Pada saat terjadi siklus menstruasi, bagian otak yang disebut hipotalamus menghasilkan hormon GnRH (gonadotropin releasing hormone) yang menstimulasi kelenjar penghasil hormon (pituitari) untuk mengeluarkan hormon FSH dan LH.

Kejadian ini menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga terjadi sekresi hormon estrogen dan progesteron yang akhirnya merangsang ovulasi terjadi. Jika terjadi ketidakseimbangan pada hormon-hormon tersebut, ovulasi pun akan ikut terganggu.

Demikianlah ulasan dari Seputarpengetahuan.co.id tentang Perbedaan Spermatogenesis dan Oogenesis , semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian. Terimakasih telah berkunjung dan jangan lupa untuk membaca artikel lainnya

Daftar Isi