Zat Adit*f : Pengertian, Sifat, Macam dan Dampaknya

Zat Adit*f : Pengertian, Sifat, Macam dan Dampaknya – Pada pembahasan kali ini kami akan menjelaskan tentang zat adit*f pada makanan. Yang meliputi pengertian zat adit*f pada makanan, sifat zat adit*f, macam-macam adit*f, dampak penggunaan zat adit*f dengan lengkap dan ringan. Untuk lebih detailnya silakan simak ulasan dibawah ini dengan seksama.

Zat Adit*f : Pengertian, Sifat, Macam dan Dampaknya

Mari kita bahas lengkap mulai dari pengertiannya terlebih dahulu.

Pengertian Zat Adit*f Makanan

Zat adit*f makanan merupakan zat-zat kimia yang ditambahkan ke dalam makanan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitasanya yang meliputi rasa, penampilan, warna, keawetan dan lain-lain.

Ada beberapa jenis makanan yang kita konsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Pada zaman dahulu, ketika teknologi pangan belum berkembang, makanan dan minuman olahan belum banyak berkembang. Misalnya adalah, ketika dulu orang membuat roti cukup dengan bahan dasar terigu, ragi, dan air.

Tetapi pada jaman sekarang tidak cukup hanya dengan bahan utama itu saja, karena masih membutuhkan bahan tambahan lainnya, seperti perasa atau flavor (bahan tambahan untuk membuat rasa dan aroma tertentu) dan juga bahan pewarna. Sehingga ketika makanan olahan diproses ke dalam makanan tersebut sudah ditambahkan zat-zat kimia dengan tujaun tertentu.

Banyak zat adit*f untuk makanan pada saat ini digunakan oleh para produsen di setiap produknya. Hal ini tentu saja membuat kita sebagai konsumen semakin sulit dalam memilih makanan atau bahan makanan yang terbebas dari zat adit*f makanan.

Perlu kita ketahui bahwa penggunaan zat adit*f di makanan tidak pernah bisa dihindari karena dalam beberapa hal fungsinya sangat dibutuhkan dalam proses pembuatan bahan makanan tersebut. Dan juga, tidak semua zat adit*f pada makanan berbahaya atau tidak memiliki nilai gizi.

Ada sebagian zat adit*f tersebut memiliki manfaat untuk tubuh kita karena kandungan vitamin atau bisa mencegah kanker. Tetapi, pemakaian zat adit*f makanan yang berlebih dapat merugikan kesehatan. Maka dari itu, penggunaannya harus selalu terkendali sehingga dampak negatifnya bisa diminimalkan.

Hingga sekarang zat adit*f di makanan digunakan dengan tujuan yang lebih beragam sesuai dengan perkembangan teknologi pengolahan pangan. Meskipun begitu, pemakaian zat adit*f makanan pada produk pangan tunduk pada norma-norma yang harus dipatuhi secara moral. Zat adit*f yang digunakan pada makanan harus mempunyai sifat-sifat antara lain sebagai berikut:

  1. Tidak mengurangi zat-zat esensial pada makanan
  2. Bisa mempertahankan nilai gizi makanan tersebut
  3. Menarik untuk konsumen, tetapi tidak termasuk suatu penipuan
  4. Memperbaiki atau mempertahankan mutu dari makanan

Dengan mengetahui tentang fungsi zat adit*f di makanan, sepertinya memang lebih sulit untuk bebas dari pemakaiannnya. Walaupun begitu biasanya terjadi kasus yang merugikan yakni ketika zat adit*f pada makanan digunakan di situasi yang seharusnya tidak dibutuhkan, pemakaian yang berlebih, menyalahi spesifikasi, atau sengaja dipakai bahan-bahan terlarang.

Seperti misalnya pada penggunaan boraks dan formalin pada produk-produk makanan atau minuman olahan seperti susu, tahu, bakso. Untuk itu, sebaiknya kita mengetahui beberapa macam zat adit*f pada makanan secara lebih lengkapnya.

Macam-Macam Zat Adit*f Makanan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 235 (1979), tentang zat adit*f makanan bisa dikelompokkan menjadi 14 menurut fungsinya, antara lain:

  1. Antioksidan dan antioksidan sinergis
  2. Pengasam, penetral dan pendapar
  3. Anti kempal
  4. Enzim
  5. Pemutih dan pematang
  6. Pemanis buatan
  7. Penambah gizi
  8. Pengawet
  9. Pengeras
  10. Pengemulsi, pemantap, dan pengental
  11. Pewarna alami dan sintesis
  12. Sekuestran
  13. Penyedap rasa dan aroma
  14. Zat adit*f makanan lain

Zat adit*f makanan didapatkan dari ekstrak bahan alami, dapat pula dibuat dari reaksi-reaksi tertentu. Dengan demikian, dikenal sebutan zat adit*f makanan alami dan zat adit*f makanan buatan (artifisal).

1. Pewarna Makanan

Pemberian pewarna di makanan memiliki tujuan hanya untuk memperbaiki penampilan makanan supaya lebih menarik perhatian. Di Indonesia sudah banyak dikenal bahan pewarna alami, seperti daun suji dan daun pandan (warna hijau), kunyit (warna kuning), warna telang (warna biru keunguan), gula kelapa (warna merah kecoklatan), cabe dan bunga belimbing sayur (warna merah).

Pewarna alami ini sangat aman untuk kesehatan manusia, tetapi pengetahuannya kurang maksimal karena masih adanya rasa atau aroma yang dapat mengganggu rasa dan aroma makanan aslinya.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, sekarang sudah banyak dibuat pewarna makanan sintesis. Misalnya: sunset yellow FCF (warna oranye), violet GB (warna ungu), tartazine (warna kuning), indigo carmine (warna biru). Tetapi, harga pewarna makanan sintesis ini lebih mahal, sehingga ada orang yang tidak bertanggung jawab yang menggantinya dengan pewarna tekstil dengan harga yang lebih murah tetapi sangat berbahaya untuk kesehatan.

Pewarna tekstil sering disalahgunakan untuk pewarna makanan, seperti rhodamine B (warna merah), metanil yellow (warna kuning). Bahan-bahan ini bisa menjadi pemicu penyakit kanker.

2. Pemanis Makanan

Gula putih dan gula merah adala pemanis alami yang seringkali digunakan. Tetapi, pada penderita diabetes (kencing manis) dan obesitas (kegemukan) tidak disarankan memakai pemanis alami ini karena dapat meningkatkan kadar gula dan menambah berat badan.

Untuk itu telah tersedia pemanis sintetis rendah kalori seperti siklamat dan sakarin. Namun, sejak tahun 70-an pemakaian siklamat dan sakarin sudah dilarang di negara Amerika Serikat karena diduga dapat mengakibatkan kanker.

Sebagai penggantinya, tahun 1981 dibuatlah aspartam sebagai pemanis sintetis yang tingkat kemanisannya sekitar 160 kali gula putih. Sorbitol adalah salah satu jenis pemanis sintetis yang tidak terurati dalam mulut sehingga tidak merusak gigi, tetapi penggunaannya yang berlebih dapat menyebabkan diare.

Sekarang ini telah diteukan pemanis sintetis generasi terkini, yaitu neotam. Pemanis ini adalah turunana dari aspartam yang kemanisannya 7.000 – 13.000 kali tingkat kemanisan gula. Tidak kurang dari seratus penelitian telah membuktikan bahwa neotam aman dikonsumsi oleh semua kalangan, baik pada anak-anak, wanita hamil ataupun penderita diabetes. Berikut ini tabel tingkat kemanisan relatif pemanis sintetis terhadap gula (sukrosa)

3. Pengawet Makanan

Kerusakan makanan utamanya yang disebabkan karena terdapat mikroba (bakteri, jamur dan ragi). Untuk mengawetkan makanan, kita harus membunuh mikroba tersebut atau menyimpan makanan pada kondisi dimana mikroba tidak dapat berkembang biak dengan baik.

Gula dan garam adalah pengawet alami yang telah digunakan sejak zaman dahulu, seperti pada manisan, asinana, telur asin, ikan asin dan lain-lain. Jika mikroba kontak dengan lauran gula atau garam yang pekat maka air akan mengalir dari mikroba ke larutan melalui membran selnya. Sehingga mikroba mengalami dehidrasi (kekurangan air) dan mati sehinga makanan tersebut tidak busuk. Tetapi pemakaian gula dan garam sebagai pengawet dapat mengakibatkan makanan terasa terlalu manis atau asin.

Asam cuka adalah pengawet alami yang efektif karena mikroba tidak dapat tumbuh dengan baik pada kondisi asam. Asam cuka sering digunakan sebagai bahan pengawet untuk mentimun, bawang, cabe dan lain-lain:

  1. Asam benzoat/natrium benzoat, dipakai sebagai pengawet makanan dan minuman, sambal, jus buah, saos, dan kecap. Asam benzoat / natrium benzoat dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan radi yang merusak makanan.
  2. Natrium Nitrit, dipakai sebagai pengawet dalam burger, sosis dan daging kaleng. Natrium nitrit dapat menghambat tumbuhnya bakteri seperti Clostridium botulinium yang menyebabkan keracunan makanan.
  3. Asam propinat / natrium propinat, dipakai sebagai pengawet roti dan keju. Asam propinat/natrium propinat bisa menghambat pertumbuhan jamur dan ragi.

Pemakaian zat pengawet diatas harus selalu dikontrol karena penggunaan yang berlebih dapat merugikan kesehatan. Seperti, natrium nitrit dapat mengakibatkan kanker, sedangkan natrium benzoat dapat mengakibatkan gangguan syaraf dan alergi.

Pengertian Zat Aditif Pada Makanan, Sifat, Macam-Macam, Dampak Penggunaan

4.Penyedap Makanan

Penambahan penyedap rasa bertujuan untuk memperkaya rasa pada makanan dan memberi rasa pada makanan yang tidak mempunyai rasa, seperti es krim dan jelly. Penyedap rasa alami sudah dipakai sejak zaman dahulu, misalnya adalah garam, gula, bumbu, cuka, rempah-rempah, bawang dan lain-lain.

Untuk menguatkan atau mempertegas rasa sebagian bahan makanan, misalnya daging, sayur, mie, ikan, dan juga hidangan lainnya dipakai penyedap rasa sinteteis seperti MSG (monosidium glutamate) atau vetsin. Pemberian 0,1% MSG sudah bisa meningkatkan rasa suatu makanan menjadi lebih sedap. Pemakaian MSG yang berlebih dapat mengakibatkan sesak nafas, pusing sakit dada, dan mudah letih. Gejala penyakit ini dsebut dengan Chinese Restaurant Syndrome.

Demikianlah telah dijelaskan tentang Zat Adit*f : Pengertian, Sifat, Macam dan Dampaknya, semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian. Terimakasih telah berkunjung dan jangan lupa untuk membaca artikel lainnya.

Daftar Isi