Zaman Praaksara : Pengertian, Pembagian Masa, Jenis Manusia,dan Peninggalannya

Zaman Praaksara : Pengertian, Pembagian Masa, Jenis Manusia,dan Peninggalannya – Apakah yang di maksud dengan Zaman Praaksara ?Pada kesempatan ini Seputarpengetahuan.co.id akan membahas apakah itu Zaman Praaksara dan hal-hal yang melingkupinya. Mari kita simak bersama pembahasannya pada artikel di bawah ini untuk lebih dapat memahaminya.

Zaman Praaksara : Pengertian, Pembagian Masa, Jenis Manusia,dan Peninggalannya


Zaman praaksara atau di sebut juga sebagai zaman prasejarah adalah zaman dimana manusia purba belum mengenal tulisan.Karena setiap suku yang ada mengalami masa pra sejarah yang memiliki masa periode yang berbeda-beda atau tidak bersamaan. Hilangnnya masa prasejarah juga memiliki waktu yang berbeda-beda.

Zaman praaksara atau prasejarah adalah bagian terawal dalam sejarah manusia. Masa ini diawali dengan munculnya manusia, yang ditandai dengan peninggalan-peninggalan seperti fosil dan peralatan batu.

Zaman ini berlangsung sangat lama dan berakhir ketika manusia menciptakan sistem tulis menulis. Waktu berakhirnya masa ini berbeda-beda antara satu wilayah dengan wilayah lain. Ini karena setiap peradaban memiliki waktu yang berbeda dalam penciptaan atau adopsi sistem tulis menulis.

Penyebutan masa ini sebagai “prasejarah” kurang tepat, sebab sudah banyak kejadian sejarah yang terjadi pada suatu peradaban meski masih belum mengenal tulis menulis. Karenanya istilah “praaksara” lebih tepat untuk digunakan.Zaman praaksara juga di sebut dengan zaman nirleka (nir = tidak, leka = tulisan aksara). Yang berarti zaman tulisan belum di temukan.


Pembagian Masa Zaman Praaksara

Bumi merupakan tempat tinggal bagi manusia, hewan, dan tumbuhan ciptaan tuhan. Geologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi secara menyeluruh.

Berdasarkan hal tersebut bumi dari dulu sampai sekarang dibagi menjadi empat zaman. Bumi memiliki empat zaman yaitu:

  • Zaman Arkeozoikum

Zaman tertua di dalam perkembangan bumi dan segala yang hidup di bumi, berumur sekitar 545 sampai 4.5000 juta tahun yang lalu.

Dizaman Arkeozoikum bumi belum stabil, kulit bumi masih dalam proses pembentukan, udara di bumi masih sangat panas sehingga pada zaman ini belum ada tanda-tanda kehidupan.

Dan berakhirnnya zaman Arkeozoikum di sebabkan dengan adannya penurunan suhu yang memungkinkan untuk munculnnya suatu kehidupan.

  • Zaman Paleozoikum

Zaman paleozoikum atau yang disebut juga dengan zaman primer, berlangsung sekitar 340 juta tahun yang lalu. Zaman paleozoikum terjadi dengan adannya penurunan suhu yang sangat drastis di bumi.

Bumi mendingin pada masa ini dan mahluk hidup di bumi di perkirakan muncul. Seperti mahluk bersel satu dan tidak bertulang belakang seperti bakteri dan sejenis amfibi.

  • Zaman Mesozoikum

Zaman mesozoikum atau yang disebut juga dengan zaman sekunder, berlangsung sekitar 140 juta tahun yang lalu.

zaman Mesozoikum ditandai dengan madannya hewan-hewan reptil bertubuh besar seperti dinosaurus oleh karena itu zaman Mesozoikum di sebut dengan zaman reptil.

  • Zaman Neozoikum

Zaman neozoikum terjadi sekitar 60 juta tahun yang lalu. Pada zaman neozoikum kehidupan mulai stabil berkembang dan beragam.

Zaman Neozoikum dibagi menjadi:

    • Zaman Tersier, Zaman Tersier ditandai dengan hewan-hewan besar yang mulai berkurang. Dan telah memiliki berbagai jenis binatang yang menyusui seperti monyet dan kera
    • Zaman Sekunder, Zaman Sekunder ditandai dengan munculnya tanda-tanda kehidupan manusia purba.

Zaman Neozoikum di bagi kembali menjadi 2 zaman kembali yaitu:

    • Zaman pleistosen/ dilivium (zamanglasial/es), Masa ini ditandai dengan mencairnya es di kutub utara karena perubahan iklim. Zaman pleistosen berlangsung sekitar 600 ribu tahun yang lalu. kehidupan manusia mulai ada pada masa ini.
    • Zaman Holosen/alluvium, Masa ini di tandai dengan munculnnya homo sapiens. Homo sapiens merupakan nenek moyang manusia modern pada saat ini. Masa ini terjadi sekitar 20.000 tahun yang lalu.

Jenis Jenis Manusia Pada Zaman Praaksara

Hasil penelitian manusia purba kebanyakan ditemukan di daerah jawa yang berbentuk fosil. Manusia purba pada zaman dahulu tinggal di beberapa daerah seperti Lembah sungai Brantas jawa timur dan daerah Lembah bengawan solo jawa tengah.

Di Indonesia terdapat terdapat beberapa jenis manusia purba seperti Megantrhopus paleojavanicus, Homo (manusia moder) dan pithacantrhopus erectus.

  • Megantrhopus paleojavanicus

Megantrhopus paleojavanicus yang berarti manusia purba yang paling tua di Jawa dan memiliki ciri-ciri tubuh yang kekar. Dan di perkirakan sebagai manusia purba tertua di bandingkan dengan yang lainnya.

Fosil dari Megantrhopus paleojavanicus di temukan di teliti oleh seorang yang bernama Dr. G.H.R Von Koenigswald pada tahun 1936 dan 1941 pertama kali daro fosil Megantrhopus paleojavanicus di temukan di Sangiran daerah lembah Solo dekat dengan surakarta.

Ciri-ciri dari Megantrhopus paleojavanicus yaitu berbadan besar dengan rahang yang besar, tulang tebal dan kening menonjol.

Megantrhopus hidup sekitar pada waktu 2 juta tahun sebelum masehi dengan cara bertahan hidup dengan makan tumbuh-tumbuhan. Megantrhopus paleojavanicus termasuk jenis Homo Hobilis.

  • Pithacanthropus Erectus

Pithacanthropus erectus yang berarti manusia kera yang berjalan tegak. Pithacanthropus erectus mempunyai ciri-ciri berbadan tegak dan memiliki tinggi badan sekitar 165-180 cm.

Pithacanthropus erectus manusia purba kebanyakan di temukan di daerah Mojokerto, kedungtrubus. Trinil, sambung macan dan Ngadong.

Orang yang pertama kali menemukan Pithacanthropus erectus adalah Eugene Dubois di Trinil dekat sungai bengawan Solo.

  • Homo

Homo yang berarti manusia. Manusia purba jenis ini memimiliki ciri-ciri yang lebih sempurna di bandingkan dengan manusia purba yang lainnya seperti Meganthropus paleojavanicus dan Pithecantropus erectus.

Manusia jenis Homo ini memiliki 3 jenis di Indonesia yaitu:

  • Homo Soloensis
    • Homo Soloensis yang berarti dari solo. Di temukan di tahun 1931-1934 oleh Ir. Oppenorth di Ngandong dan ter Haar.
    • Homo Soloensis memiliki ciri-ciri tinggi badan 180 cm dan berjalan dengan tegak. Tengkoraknnya lebih besar dari Pithacantropus erectus.
  • Homo wajakenesis
    • Homo wajakenesis yang berarti manusia dari wajak di temukan oleh Van Reitschoten pada tahun 1889 di wajak, Tulungagung, Jawa Timur. Ciri-ciri dari Homo wajakenesis memiliki tinggi badan 130-210 cm dan berjalan tegak.
    • Bentuk dari tengkoraknnya lebih bulat muka tidak terlalu menjorok ke depan dan memiliki keahlian untuk membuat peralatan dari tulang, batu dan kayu
  • Homo Sapiens
    • Homo Sapiens adalah generasi terakhir dari manusia purba. Homo Sapiens memiliki ciri-ciri fisik yang hampir sama dengan manuia modern pada saat ini.
    • Homo Sapiens hidup di zaman Holosen yaitu sekitar 4000 tahun yang lalu.

Kondisi Bumi Pada Zaman Praaksara

Neozoikum ataupun Kainozoikum diperkirakan terjalin hingga dengan dekat 65 juta tahun yang kemudian. Pada masa tersebut, kondisi bumi telah mulai normal serta kehidupan terus menjadi tumbuh dan berbagai macam. Neozoikum dipecah jadi 2, ialah era tersier( era ketiga) serta era kuarter( era keempat). Pada era tersier, jenis- jenis fauna besar mulai menurun serta sudah hidup jenis- jenis fauna menyusui semacam kera serta monyet.

Pada era kuarter ini mulai timbul isyarat kehidupan manusia purba. Era kuarter dipecah jadi 2 masa, ialah masa Pleistosen serta masa Halosen. Plaistosen ialah masa dini kehidupan manusia. Tidak hanya diucap diluvium, Pleistosen diucap pula dengan era es, ataupun glasial.

Glasial diisyarati dengan banyaknya air yang berganti jadi es, permukaan air laut juga menyusut dekat 100 hingga 150 m, laut dangkal berganti jadi daratan. Pada masa glasial, di Indonesia terbentuklah Paparan Sunda. Pada waktu itu, pulau Sumatra, Kalimantan, dan Malaka jadi satu serta sebagian pulau di Indonesia Timur, Papua serta Australia ialah satu daratan.

Oleh sebab itu, hingga saat ini bisa dilihat tipe tanaman serta hewan yang sama ada di pulau Sumatra, Kalimantan, Malaka serta Asia daratan. Tidak hanya Paparan Sunda, tercipta pula Paparan Suhul.

Sepanjang masa Pleistosen, terjalin 4 kali Glasial yang diselingi dengan masa antar glasial. Pada masa antar glasial temperatur bumi naik, es mencair, permukaan air laut naik, serta kedua paparan kembali jadi laut dangkal. Masa halosen berlangsung dekat 20. 000 tahun yang kemudian. Pada masa tersebut mulai timbul Homo sapiens ataupun manusia pintar, semacam Homo wajakensis. Spesies tersebut ialah nenek moyang dari masa modern dikala ini.

Tidak hanya temperatur bumi yang naik turun secara tajam, masih banyak tantangan yang wajib dialami makhluk hidup yang mendiami bumi pada masa pleistosen. Tantangan tersebut antara lain perpindahan kulit bumi, letusan gunung berapi, terbentuknya sungai, munculnya danau baru, serta sebagainya.


Kehidupan Manusia Pada Zaman Praaksara

Dalam mengalami tantangan tersebut, manusia lebih baik dibanding dengan makhluk hidup lain. Oleh sebab manusia memiliki ide, mereka mengalami tantangan tersebut dengan akalnya, sedangkan makhluk hidup yang lain dengan instingnya. Bersamaan dengan berjalannya waktu, terjadilah evolusi pada manusia, baik pada wujud badan ataupun kecerdasan ide.

Evolusi itu misalnya isi otak terus menjadi besar, wujud tengkorak berganti, berjalan dengan metode tegak, serta sebagainya. Tidak hanya itu, manusia pula menemukan julukan Homo faber, ialah makhluk yang menghasilkan perlengkapan buat memudahkan menggapai tujuannya. Perlengkapan yang mereka mengadakan pula hadapi pertumbuhan, ialah mula- mula dari batu, setelah itu dari tembaga, perunggu, serta kesimpulannya dari besi.


Peninggalan Zaman Praaksara

Era praaksara ini pula diketahui bagaikan era prasejarah sebab era sejarah manusia purba bermula tepat setelah berakhirnya era praaksara. Era praksara diperkirakan merintis jalannya dalam kurun waktu 3. 000. 000 hingga 10. 000 tahun yang lalu hingga manusia memahami tulisan( masa sejarah). Pada dikala itu manusia hidup secara purba yang dimana mereka cuma menggunakan benda- benda alam di dekat mereka buat bertahan hidup. Perihal ini bisa dibuktikan dengan terdapatnya sebagian berbagai aset era praaksara yang ditemui oleh para arkeolog.

Walaupun pada masa itu manusia belum memahami terdapatnya tulisan tetapi manusia telah sanggup menggunakan benak mereka buat membuat perlengkapan ataupun perkakas yang mereka butuhkan dalam kehidupan tiap hari. Perlengkapan ataupun perkakas seperti itu yang jadi benda- benda aset era praaksara. Tidak hanya itu, ada sebagian aset yang lain yang merujuk pada seni, budaya dan keyakinan yang dianut oleh manusia yang hidupa pada era itu.

Saat sebelum mangulas lebih lanjut menimpa aset era praaksara, terdapat baiknya kita buat mengenali kalau kalau era praaksara itu dipecah jadi 3 ialah era paleothikum, neolithikum serta megalithikum. Dalam ketiga era yang terangkum bagaikan era praaksara seperti itu ada sebagian aset bisa diklarifikasi, ialah:

  • Kapak Genggam

 Kapak genggam pada era praaksara yang dibuat dari batu ataupun lempung serta tidak bertangkai itu ditemui oleh seseorang bernama Ralph von Koenigswald pada tahun 1935 di Punung Kabupaten Pacitan.Kapak genggam ini digunakan oleh manusia praaksara pada era paleolithikum bagaikan perlengkapan penetak ataupun perlengkapan yang digunakan buat membelah kayu, menggali umbi– umbian, memotong dagimg hewan buruan, dan bermacam keperluan yang lain.

Kapak genggam ini mempunyai kesamaan dengan kapak berefek yang pula ditemui pada era praaksara. Cuma saja kapak berefek berdimensi lebih besar apabila dibanding dengan kapak genggam. Bagi salah satu sumber, kapak berefek ini terbuat oleh manusia pithecantropus serta banyak ditemui di Indonesia, spesialnya kabupaten pacitan. Ada pula khasiatnya tidak jauh berbeda dengan kapak genggam, ialah buat memotong daging hewan, dll.

  • Kapak Sumatera

Kapak sumatera ini pula diketahui dengan nama pebble. Cocok namanya, kapak tipe ini banyak ditemui di wilayah sumatera, spesialnya di Sejauh Tepi laut Timur Pulau Sumatra, antara Langsa( Aceh) serta Medan. Sama semacam kapak genggam, kapak sumatera ini pula dibuat dari batu.

Cuma saja, kapak sumatera ataupun pebble tersebut dibuat dari batu kali yang dipecah- pecah, berupa bundar dan memilik permukaan yang lebih halus. Kapak ini diprediksi ialah hasil kebudayaan jaman Mesolithikum, dimana manusia pada waktu itu telah mulai hidup menetap, tetapi kadangkala pula masih berpindah- pindah ataupun semi nomaden.

  • Kapak Pendek

kapak pendekSatu lagi tipe yang seragam dengan kapak genggam, ialah kapak pendek. Kapak pendek ini berupa separuh bundaran serta mempunyai sisi yang tajam sehingga lebih memudahkan buat memotong daging ataupun hal- hal yang lain.

Sama semacam kapak sumatera, kapak pendek ini banyak ditemui di wilayah sejauh Tepi laut Timur Pulau Sumatra. Para periset setelah itu mencari persebaran pebble serta kapak pendek hingga ke tempat asal mula ras Papua melanosoide di teluk Tonkin, Vietnam. Kesimpulannya ditemui pusat pebble serta kapak pendek berasal dari Hoabinhian serta Bacsonian, Vietnam Utara.

  • Pipisan

Pipisan merupakan batu- batu Penggiling beserta landasannya. Apabila dibanding dengan era saat ini, barangkali pipisan ini seragam dengan ulekan sebab bersama digunakan buat menghancurkan biji- bijian. Cuma saja wujud pipisan ini datar serta halus.

Pipisan ini tidak cuma digunakan buat menggiling santapan, namun pula buat menghaluskan cat merah yang dibuat dari tanah merah yang ialah wujud kegiatan yang berkaitan dengan upacara ritual serta keyakinan. Perlengkapan ini ditemui di kjokkenmoddinger di sejauh Sumatera Timur laut, di antara Langsa( Aceh) serta Medan( Sumatera Utara).

  • Kapak Persegi

kapak persegiTampaknya pada era praaksara, ada bermacam berbagai kapak yang ditemui, salah satunya merupakan kapak persegi. Kapak persegi ini sendiri berasal dari von Heine Geldern. Perlengkapan ini mempunyai wujud yang memanjang dengan penampang Alang berupa persegi serta bagian pangkalnya tidak biasa bagaikan tempat jalinan tangkai.

Cocok namanya, kapak persegi ini dibuat dari batu yang berupa persegi. Kapak ini dipergunakan buat mengerjakan kayu, menggarap tanah, Dan melakukan upacara. Di wilayah Indonesia sendiri, kapak persegi banyak ditemui di Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, serta Nusa Tenggara.

  • Kapak Bahu

Kapak bahu merupakan sejenis kapak persegi yang pada tangkainya diberi leher sehingga membentuk botol persegi. Kapak bahu ini ditemui pada era neolithikum. Wilayah kebudayaan kapak bahu ini meluas dari Jepang, Formosa, Filipina terus ke barat hingga sungai Gangga. Namun anehnya batasan selatannya merupakan bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain di sebelah Selatan batasan ini tidak ditemui kapak bahu, jadi neolithikum Indonesia tidak mengenalnya, walaupun pula terdapat sebagian buah ditemui ialah di Minahasa.

  • Kapak Lonjong

kapak lonjongKapak lonjong ini dibuat dari batu kali serta mempunyai corak yang kehitam- hitaman. Sama semacam namanya, kapak lonjong ini mempunyai wujud yang lonjong, ujungnya yang lancip jadi tempat tangkainya, sebaliknya ujung yang lain diasah sampai tajam. Dimensi yang dipunyai kapak lonjong yang besar umum diucap dengan Walzenbeil serta yang kecil diucap dengan Kleinbeil, sebaliknya guna kapak lonjong sama dengan kapak persegi, ialah buat menggarap tanah, serta bermacam keperluan yang lain.

  • Perhiasan

Tidak hanya perkakas, ada pula temuan yang lain yang ialah barang aset manusia praaksara, ialah perhiasan. Perhiasan tampaknya sudah diketahui semenjak era praaksara serta digunakan oleh sebagian jenis- jenis manusia purba di Indonesia. Perihal ini bisa dibuktikan dengan terdapatnya temuan sebagian tipe aset era praaksara yang berbentuk perhiasan. Perhiasan yang berbentuk gelang serta kalung pada era praaksara ini sendiri dibuat dari batu- batu indah semacam agat, chalcedon serta jaspis. Perhiasan banyak ditemui di wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, Bali serta Sumatera.

  • Nekara

Nekara merupakan gendang perunggu berupa semacam dandang berpinggang pada bagian tengahnya dengan selaput suara berbentuk logam ataupun perunggu. Pada zamannya, nekara dikira barang suci yang berperan bagaikan barang upacara, mas kawin, dll. Barang ini banyak ditemui di Bali, Nusatenggara, Maluku, Selayar, serta Irian.

  • Sarkofagus

Wujud lain dari aset masa praaksara merupakan makam. Salah satunya diketahui dengan nama sarkofagus. Sarkofagus ini ialah peti mati yang dibuat dari batu yang utuh serta diberikan penutup pada bagian atasnya. Salah satu tempat temuan sarkofagus merupakan Bali, dan sebagian yang lain pula ditemui di Bondowoso Jawa Timur.

  • Menhir

Menhir ialah barang aset praaksara yang berkaitan dengan keyakinan yang dianut oleh manusia pada masa itu. Menhir ini berupa tiang ataupun tugu dibuat dari batu yang berdiri tegak di atas tanah. Menhir didirikan bagaikan fasilitas menyembah arwah nenek moyang. Menhir banyak ditemui di dataran besar pasemah ialah pegunungan antara daerah Palembang serta Bengkulu, Ngada( Flores), Gunung Kidul, Rembang( Jawa Tengah), Sungai Talang Koto serta wilayah yang lain.

  • Dolmen

Sama halnya dengan menhir, dolmen pula ialah salah satu fasilitas penyembahan arwah nenek moyang pada masa praaksara. Dolmen yang mempunyai wujud semacam meja yang tersusun dari sebagian batu itu banyak ditemui di wilayah Besuki Jawa Timur. Di wilayah tersebut umumnya dinamai pandhusa.

  • Waruga

Waruga ataupun kubur batu ialah peti mati yang dibuat dari batu. Keempat Sisinya berdindingkan papan- papan batu begitu pula alas serta bidang atasnya dari papan batu. Waruga banyak ditemui di Sulawesi Tengah serta Sulawesi Utara.

  • Patung atau Arca

Patung merupakan Arca yang dibuat dari batu utuh. Wujudnya terdapat beragam, terdapat yang menyamai manusia, kepala manusia, serta pula hewan. Patung banyak ditemui di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, serta Jawa Tengah. Patung ini pula ialah salah satu fasilitas penyembahan pada masa praaksara.

  • Punden Berundak

Barangkali salah satu wujud aset praaksara yang lumayan sering di dengar di kuping merupakan punden berundak. Yah, punden berundak ini sendiri ialah peninggala megalitikum yang terdiri dari lapisan batu bertingkat serta berperan bagaikan tempat pemujaan terhadap nenek moyang. Punden berundak banyak ditemui di Lebak sibedug, Banten Selatan, Leles( Garut) serta Kuningan.

Zaman Praaksara : Pengertian, Pembagian Masa, Jenis Manusia,dan Peninggalannya

  • Flakes

Kembali ke benda- benda aset praaksara yang berbentuk perlengkapan ataupun perkakas, terdapat pula diketahui dengan nama flakes. Flakes ini ialah perlengkapan yang dibuat dibuat dari pecahan– pecahan batu kecil. Dia berperan bagaikan perlengkapan penusuk, pemotong daging, serta pisau. Flakes banyak ditemui di Wilayah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah. Tercantum kebudayaan Ngandong.

  • Perkakas dari Tulang serta Tanduk

Tidak hanya dari batu, perkakas yang digunakan pada masa praaksara pula banyak dibuat dari tulang serta tanduk hewan. Perkakas tulang serta tanduk ini berperan bagaikan perlengkapan penusuk, pengorek serta mata tombak. Perlengkapan ini banyak di temukan di Wilayah Ngandong, dekat Ngawi, Jawa Timur.

  • Kjokkenmoddinger

Kjokkenmoddinger ialah sampah dapur yang terdiri dari kulit– kulit kerang serta siput pada masa Mesolithikum yang tertumpuk sepanjang beribu– ribu tahun sehingga membentuk suatu bukit kecil yang sebagian m tingginya. Kjokkenmoddinger banyak ditemui di Sejauh Tepi laut Timur Pulau Sumatra.

  • Abris Sous Roche

Abris sous roche merupakan gua– gua batu karang ataupun ceruk yang digunakan bagaikan tempat tinggal manusia Purba. Dia berperan bagaikan tempat tinggal.

  • Lukisan di Bilik Gua

Salah satu wujud aset prasejarah yang lumayan fenomenal merupakan lukisan yang ada di bilik gua. Lukisan ini menggambarkan hewan buruan serta cap tangan bercorak merah. Perihal ini jadi salah satu fakta kalau manusia praaksara sudah menyadari terdapatnya seni. Lukisan di bilik gua ditemui di Leang Leang, Sulawesi Selatan, di Gua Raha, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, serta di Danau Sentani, Papua.

Demikianlah ulasan dari Seputarpengetahuan.co.id tentang Zaman Praaksara, semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian. Terimakasih telah berkunjung dan jangan lupa untuk membaca artikel lainnya.

Daftar Isi