Pengertian Wayang : Sejarah, Fungsi, Jenis dan Kandungan Ceritanya

Pengertian Wayang : Sejarah, Fungsi, Jenis dan Kandungan Ceritanya – Apakah yang Kamu ketahui tentang wayang?, Pada kesempatan ini Seputarpengetahuan.co.id akan membahasnya dan tentunya tentang hal lain yang juga melingkupinya.Mari kita simak bersama pembahasannya pada artikel di bawah ini untuk lebih dapat memahaminya.


Pengertian Wayang : Sejarah, Fungsi, Jenis dan Kandungan Ceritanya


Kata wayang sebenarnya berasal dari bahasa Jawa, yang berarti bayangan. Jika dilihat dari arti filsafatnya, wayang merupakan bayangan atau cerminan dari sejumlah sifat yang dimiliki manusia, misalnya saja sifat murka, serakah, pelit, bijak, dan lain sebagainya.

Secara umum, wayang diartikan sebagai boneka untuk meniru orang, yang dibuat dari pahatan kulit atau kayu, dan digunakan untuk menampilkan tokoh dalam sebuah pertunjukan drama tradisional. Pemain wayang dikenal dengan istilah dalang. Biasanya wayang diciptakan sesuai dengan watak, sifat, dan perilaku yang dimiliki oleh suatu tokoh.

Sebagai contoh, tokoh yang berkarakter baik biasanya digambarkan berbadan lurus, berwajah tampan, dan memiliki sorot mata yang tajam. Hal ini berbeda dengan tokoh jahat. Biasanya tokoh jahat digambarkan memiliki ukuran tubuh yang besar, mukanya lebar, hidungnya besar, memiliki mata dan wajah yang merah, serta berambut gimbal..


Pengertian Wayang Menurut Para Ahli

Sedangkan pengertian wayang menurut para ahli adalah sebagai berikut:

  • Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Wayang merupakan pelaku atau orang suruhan yang bergerak sesuai dengan keinginan orang lain.

  • Menurut R. T. Josowidagdo

Wayang merupakan bayangan atau ayang-ayang. Sebab, yang kita lihat saat pertunjukan drama adalah bayangannya pada kelir. Kelir adalah kain putih yang biasanya dibentangkan dalam pertunjukan wayang. Bayangan tersebut timbul karena sinar “belencong” yang ada di atas kepala si dalang.

  • Menurut Doktor Th. Piqeud

Wayang merupakan boneka yang ditampilkan dalam suatu pertunjukan, yang mengandung berbagai nasihat tentang sikap yang harus dimiliki manusia dalam kehidupan ini. Biasanya, musik yang digunakan dalam pementasan wayang adalah musik gamelan slendro.

Wayang merupakan, gambaran atau lukisan mengenai kehidupan alam semesta, dalam wayang digambarkan bukan hanya mengenai manusia, namun kehidupan manusia dalam kaitannya dengan manusia lain, alam, dan Tuhan.

Alam semesta merupakan keutuhan yang serasi, tidak terlepas satu dengan yang lainnya dan senantiasa berhubungan, unsur satu dengan yang lain di dalam alam semesta berusaha keras ke arah keseimbangan, kalau salah satu goncang maka goncanglah keseluruhan alam sebagai suatu keutuhan (system kesejagadan).


Sejarah dan Masa Kejayaan Seni Wayang

Sejarah munculnya seni wayang sudah ada sejak zaman primitif di mana ketika itu wayang terbentuk dari kumpulan rumput-rumput yang diikat dan digerakkan satu sama lain.Setelah itu wayang berkembang tak lagi menggunakan rerumputan saja, melainkan juga menggunakan kulit hasil buruan dan juga kulit kayu.

Hal ini diperkuat dengan adanya penemuan wayang kulit berumur sangat tua yakni sekitar abad ke 2 Masehi.Setelah adanya pengaruh kerajaan Hindu Budha yang masuk ke dalam Indonesia, akhirnya seni wayang semakin tumbuh dan berkembang menciptakan alur cerita yang dapat dinikmati oleh penontonnya.Apalagi ketika kerajaan Islam tumbuh dan perlahan menggeser kerajaan Hindu Budha.

Beberapa tokoh agama seperti Sunan Kalijaga ikut andil mengembangkan seni wayang yang digunakan dalam dakwahnya mengenai agama Islam.Sunan Kalijaga menciptakan seni wayang yang lebih menarik dan menyenangkan untuk ditonton yaitu dengan menambahkan iringan-iringan alat musik tradisional seperti gamelan.

Dari sinilah akhirnya banyak daerah yang terus menciptakan inovasi-inovasi terbaru dan melahirkan berbagai macam jenis seni wayang.Seni wayang semakin terkenal dan akhirnya dinobatkan sebagai warisan dari Indonesia dalam seni bertutur yang tak ternilai harganya di dunia.

Wayang kulit sempat alami waktu kejayaan di waktu lampau, bahkan juga pada saat penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Para wali memakai kisah beserta pertunjukan wayang kulit yang sudah disisipi oleh ajaran-ajaran serta beberapa kaidah Islam menjadi media penyebaran agama Islam.

Hal seperti ini bisa terwujud karena cerita-cerita wayang mempunyai narasi yang memvisualisasikan mengenai kehidupan manusia yang mengajari pada kita untuk melakukan tidak mati pada jalan yang benar. Dalam hal ini agama Islam juga mengajari hal sama hingga gampang buat beberapa wali untuk masukkan ajaran Islam ke narasi wayang (Winoto, 2006).

Cara itu dapat dibuktikan cukuplah sukses, karena pada jaman itu, pertunjukan wayang kulit adalah fasilitas hiburan buat rakyat yang bisa merangkul penduduk luas, perubahannya pagelaran wayang kulit alami banyak penurunan dalam peminatannya.

Penurunan peminatan ini bisa dikarenakan oleh ketidaktahuan masayarakat akan alur cerita serta ciri-ciri beberapa tokoh siapapun yang bertindak dalam narasi pagelaran wayang itu. Kurangnya pengetahuan akan hal yang membuat umumnya penduduk terasa malas serta malas untuk lihat pertunjukan wayang itu.

Walau sebenarnya ciri-ciri setiap tokoh yang ada pada tiap-tiap pagelaran wayang begitu baik untuk jadikan tuntunan tidak mati buat kelompok penduduk, beberapa tokoh yang populer dalam narasi pewayangan itu merupakan Pandawa serta Kurawa.

Pandawa merupakan tokoh utama yang mendapatkan perlakuan jelek dari pihak Kurawa yang jahat, tapi diakhir narasi Pandawa bisa memenangi pertarungan serta menggantikan kerajaan sebagai hak mereka.


Fungsi Seni Wayang

Berikut ini adalah fungsi dari seni wayang diantaranya:

  • Sebagai wadah untuk melestarikan budaya daerah serta cerita-cerita tradisional.
  • Sebagai penggambaran antara dua kelompok yang berbeda yaitu kelompok dengan watak yang baik dan kelompok dengan watak buruk.
  • Sebagai sarana untuk menanamkan jiwa sosial karena biasanya pagelaran wayang diadakan besar-besaran dan mengumpulkan banyak masyarakat.
  • Sebagai media untuk hiburan rakyat.
  • Sebagai sarana pendidikan budi pekerti karena memberikan pesan-pesan dan amanat di dalam ceritanya.

Jenis-Jenis Wayang

Ada banyak sekali jenis wayang yang terdapat di negara Indonesia. Terlebih wayang memiliki banyak bentuk, ukuran, dan medium. Ada yang berbentuk gulungan gambar, kulit, kayu, ataupun topeng. Berikut ini adalah beberapa jenis wayang yang cukup populer di Indonesia:

  • Wayang beber

Wayang beber merupakan salah satu wayang tertua di negara kita. Dalam pertunjukan ini, wayang berbentuk lembaran gambar dinarasikan oleh seorang dalang. Kamu bisa menemukan wayang jenis ini di daerah asalnya di Pacitan, Donorojo, Jawa Timur. Wayang beber sering menggunakan kisah Mahabrata, kisah Ramayana, ataupun kisah dari cerita rakyat, seperti kisah asmara Dewi Sekartaji.

  • Wayang kulit

Wayang kulit termasuk jenis wayang yang paling populer di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Wayang ini bentuknya pipih dan dibuat dari bahan kulit kerbau atau kulit kambing. Bagian lengan dan kaki wayang ini bisa digerakkan.

Di daerah Bali dan Jawa, pertunjukan wayang kulit biasanya mengkombinasikan cerita Hindu dengan cerita Budha dan Islam. Kendati demikian, wayang kulit sering juga menceritakan mitos atau cerita rakyat dari daerah tertentu.

  • Wayang klitik (karucil)

Wayang ini bentuknya hampir sama dengan wayang kulit. Bedanya, wayang ini dibuat dari bahan kayu. Selain itu, dalang juga menggunakan bayangan saat pementasan wayang klitik. Kata “klitik” ini berasal dari suara kayu yang ditimbulkan pada saat wayang dimainkan.

Biasanya wayang ini mengangkat cerita dari kerajaan Jawa Timur, seperti misalnya Kerajaan Kediri, Kerajaan Majapahit, dan Kerajaan Jenggala. Adapun cerita yang paling populer saat pementasan wayang klitik adalah cerita Damarwulan. Cerita ini memiliki kisah yang sangat disukai masyarakat.

  • Wayang golek

Pertunjukan wayang golek dilakukan dengan memakai wayang tiga dimensi yang dibuat dari bahan kayu. Jenis wayang ini paling populer di daerah Jawa Barat. Wayang golek dibedakan menjadi dua jenis, yaitu wayang golek papak cepak dan wayang golek purwa.

Dari dua jenis ini, wayang golek purwa lebih dikenal oleh masyarakat. Adapun kisah yang diangkat oleh wayang jenis ini biasanya mengacu pada adat Jawa dan Islam, seperti kisah Pangeran Panji, kisah Damarwulan, dan lain sebagainya.

  • Wayang Wong atau Wayang Orang

Wayang wong agak berbeda dengan jenis wayang pada umumnya karena menggunakan manusia untuk memerankan tokoh dalam suatu cerita. Awalnya, wayang ini digunakan untuk menghibur kaum bangsawan. Namun, sekarang, wayang wong telah menjadi karya seni yang populer di kalangan masyarakat.

Pengertian Wayang : Sejarah, Fungsi, Jenis dan Kandungan Ceritanya


Kandungan Cerita Dalam Wayang

Wayang Bersifat “Momot Kamot”. Wayang merupakan media pertunjukan yang dapat memuat segala aspek kehidupan manusia (momot kamot). Pemikiran manusia, baik terkait dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum maupun pertahanan keamanan dapat termuat di dalam wayang.

Wayang Mengandung Tatanan, Tuntunan, dan Tontonan. Di dalam wayang dikandung tatanan, yaitu suatu norma atau konvensi yang mengandung etika (filsafat moral). Norma atau konvensi tersebut disepakati dan dijadikan pedoman bagi para seniman dalang.

Di dalam pertunjukan wayang dikandung aturan main beserta tata cara mendalang dan bagaimana memainkan wayang, secara turun temurun dan mentradisi, lama kelamaan menjadi sesuatu yang disepakati sebagai pedoman (konvensi).

Wayang Merupakan Teater Total. Pertunjukan wayang dapat dipandang sebagai pertunjukan teater total, artinya menyajikan aspek-aspek seni secara total (seni drama, seni musik, seni gerak tari, seni sastra, dan seni rupa). Dialog antar tokoh (antawecana), ekspresi narasi (janturan, pocapan, carita), suluk, kombangan, dhodhogan, kepyakan, adalah unsur-unsur penting dalam pendramaan.

Demikianlah ulasan dari Seputarpengetahuan.co.id tentang Pengertian Wayang , semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian. Terimakasih telah berkunjung dan jangan lupa untuk membaca artikel lainnya.

Daftar Isi