Teks Cerpen : Pengertian, Ciri, Struktur, Unsur dan Contoh

Teks Cerpen : Pengertian, Ciri, Struktur, Unsur dan Contoh – Apakah itu Teks Cerpen ?Pada kesempatan kali ini Seputarpengetahuan.co.id akan membahas tentang Teks Cerpen dan hal-hal yang melingkupinya. Mari kita simak pembahasannya pada artikel di bawah ini untuk lebih dapat memahaminya.

Teks Cerpen : Pengertian, Ciri, Struktur, Unsur dan Contoh


Cerpen atau cerita pendek yakni merupakan suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen dominan singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella dan novel.

Pada umumnya, isi cerita pendek berpusat pada satu tokoh dan situasi tertentu dimana ada puncak masalah (klimaks) dan penyelesaiannya. Selain itu, di dalam cerita pendek atau cerpen terdapat kurang dari 10.000 kata saja, sehingga cenderung singkat dan padat.


Pengertian Cerpen Menurut Para Ahli

Berikut ini adalah pengertian cerpen menurut para ahli:

  • Sumardjo dan Saini

Menurut Sumardjo dan Saini, pengertian cerpen adalah cerita fiktif atau tidak benar-benar terjadi akan tetapi bisa saja terjadi kapanpun dan dimanapun yang mana ceritanya relatif pendek.

  • Nugroho Notosusanto

Menurut Nugroho Notosusanto, pengertian cerpen adalah cerita yang panjangnya berkisar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi, dimana isinya terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.

  • H. B. Jassin

Menurut B. Jassin, arti cerpen adalah sebuah cerita singkat yang harus memiliki bagian terpenting yakni perkenalan, pertikaian dan penyelesaian.

  • Saini

Menurut Saini, arti cerpen adalah cerita pendek fiksi atau tidak benar-benar terjadi, tetapi bisa terjadi kapan saja dan dimana saja dimana cerita ini relatif singkat.

  • A. Bakar Hamid

Menurut A. Bakar Hamid, cerpen atau cerita pendek seharusnya dilihat dari kuantitas kata yang digunakan, yaitu antara 500 hingga 20.000 kata, terdapat plot, terdapat satu karakter, dan adanya kesan.


Ciri-Ciri Cerpen

Berikut ini adalah ciri-ciri cerpen pada umumnya:

  • Jumlah kata di dalam cerpen kurang dari 10.000 kata.
  • Isi cerpen bersifat fiktif/ fiksi.
  • Hanya terdapat satu alur saja (alur tunggal).
  • Bentuk tulisannya singkat, atau lebih singkat dari Novel.
  • Isi cerpen umumnya diangkat dari kejadian sehari-hari.
  • Biasanya cerpen menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh pembaca.
  • Bentuk penokohan di dalam cerpen sangat sederhana.
  • Cerita pendek dapat meninggalkan kesan dan pesan mendalam sehingga pembaca ikut merasakan isi cerpen tersebut.

Struktur Cerpen

Di dalam Cerpen terdapat 6 elemen penting yang membangun teks cerita pendek tersebut sehingga membentuk suatu cerita yang utuh. Berikut ini adalah struktur cerpen tersebut:

  • Abstrak

Abstrak adalah ringkasan atau inti dari cerpen dan merupakan gambaran awal suatu cerita. Unsur abstrak sifatnya opsional, dengan kata lain suatu cerpen boleh saja tidak menggunakan abstrak.

  • Orientasi

Orientasi adalah hal-hal yang berhubungan dengan waktu, suasana, dan tempat yang ada di dalam cerita pendek.

  • Komplikasi

Komplikasi adalah urutan berbagai kejadian yang dihubungkan berdasarkan sebab-akibat. Kita dapat melihat watak atau karakter suatu toko dalam cerpen pada struktur ini.

  • Evaluasi

Evaluasi adalah struktur konflik yang terjadi dan mengarah pada klimaks, serta mulai menemukan solusi atau penyelesaian atas konflik tersebut.

  • Resolusi

Pada bagian ini si pembuat cerpen akan menjelaskan solusi atau penyelesaian atas masalah yang dialami oleh tokoh di dalam cerpen.

  • Koda

Koda adalah nilai moril atau pelajaran yang bisa didapatkan oleh pembaca cerpen.


Unsur-Unsur Cerpen

  • Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik cerpen adalah unsur pembentuk cerpen yang berasal dari dalam cerpen itu sendiri. Beberapa hal yang termasuk di dalam unsur instrinsik adalah:

    • Tema, yaitu gagasan utama di dalam suatu cerpen.
    • Alur/ Plot, yaitu jalan cerita di dalam cerpen.
    • Latar/ Setting, yaitu berhubungan dengan dengan tempat, waktu, dan suasana di dalam cerpen.
    • Tokoh, yaitu pelaku di dalam cerpen.
    • Penokohan, yaitu pemberian sifat dan watak tokoh dalam cerpen.
    • Sudut Pandang, yaitu cara padang penulis cerpen dalam melihat peristiwa di dalam cerpen.
    • Gaya Bahasa, yaitu cara penulis menyampaikan cerita di dalam cerpen. Misalnya menggunakan diksi dan majas.
    • Amanat/ Pesan, pesan moral yang ingin disampaikan penulis cerpen kepada pembaca atau pendengar.
  • Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik cerpen adalah unsur pembentuk cerpen yang berasal dari luar. Beberapa yang termasuk di dalam unsur ekstrinsik adalah:

  • Latar Belakang Masyarakat, yaitu hal-hal yang mempengaruhi alur cerita dalam cerpen, misalnya; ideologi, kondisi politik, sosial, dan ekonomi masyarakat.
  • Latar Belakang Pengarang, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan pemahaman dan motivasi penulis cerpen dalam membuat tulisannya, misalnya; aliran sastra, kondisi psikologis, biografi.
  • Nilai yang Terkandung dalam Cerpen, yaitu nilai-nilai yang terdapat di dalam suatu cerpen (nilai agama, sosial, budaya, moral).

Fungsi Sastra Dalam Cerpen

Beberapa fungsi sastra di dalam cerpen tersebut adalah:

  • Fungsi Rekreatif, yaitu fungsi cerpen yang dapat membuat pembaca merasa senang, gembira, dan terhibur.
  • Fungsi Didaktif, yaitu fungsi cerpen yang dapat mendidik dan mengarahkan pembaca melalui nilai-nilai kebenaran di dalam cerpen.
  • Fungsi Estetis, yaitu fungsi cerpen yang memberikan keindahan kepada pembacanya.
  • Fungsi Moralitas, yaitu fungsi cerpen yang memberikan nilai moral sehingga pembaca mengerti moral yang baik dan tidak baik untuk dirinya.
  • Fungsi Religiusitas, yaitu fungsi cerpen yang mengandung ajaran agama dan menjadi teladan bagi pembacanya.

Contoh Cerpen


Terima Kasih Sahabat Terbaikku

Aku dan Melati bersahabat sejak kecil, selera kami berdua hampir sama termasuk selera musik. Kemarin dari pagi hingga sore, kami berdua mengantri untuk membeli tiket konser salah satu grup idola dari Korea. Tentu saja, antrian untuk membeli tiket konser begitu panjang, mulai dari jam 7 pagi hingga sore aku belum berhasil mendapatkan tiket.

Ternyata benar saja, hingga loket tiket hampir tutup, aku belum berhasil mendapatkan tiket konser itu. Tentu saja aku sangat sedih, namun masih ada cara lain untuk mendapatkan tiket konser dengan cara ikut kuis di sebuah radio. Setiap hari aku mendengarkan radio yang mengadakan kuis tiket konser itu, namun tampaknya aku tetap tidak berhasil mendapatkan tiket sebab di hari terakhir pengumuman kuis tiket, aku belum ditelepon oleh pihak radio.

Seharian aku menangis di dalam kamar karena gagal mendapatkan tiket konser. Melati yang mendengar keadaanku dari ibuku pun akhirnya datang ke rumah. Melati kaget melihat keadaanku di dalam kamar yang terlihat berantakan, mataku sembap karena kebanyakan menangis. Namun, tanpa berkomentar, Melati langsung menyodorkan tiket konser yang sangat aku dambakan itu.

Akupun kaget bercampur senang saat menerima tiket konser yang disodorkan oleh Melati itu. “Bagaimana caranya kamu dapat tiket ini?” tanyaku, Melati bercerita bahwa ia juga ikut kuis di radio dan ternyata ia menjadi salah satu pemenang yang berhak mendapatkan tiket konser itu. Namun, sebenarnya ia tidak terlalu ingin pergi ke konser jadi ia memutuskan untuk memberikan tiket itu kepadaku.

Aku sangat senang dan sangat merasa beruntung bersahabat dengan Melati yang rela ikut kuis hanya untuk membantuku mendapatkan tiket konser artis favoritku. Terima kasih sahabat terbaikku.

Cerpen sangat mengasyikkan untuk dibaca di kala senggang, selain itu bisa juga dijadikan sebagai pengantar tidur untuk anak-anak, sebab cukup banyak pesan moral yang bisa diambil dalam sebuah cerpen. Hal tersebut disebabkan karena contoh teks cerpen memiliki tema yang beraneka ragam sehingga cocok untuk dibaca oleh segala kalangan.

Teks Cerpen : Pengertian, Ciri, Struktur, Unsur dan Contoh

Sebuah Mimpi Sebelum Tidur

“ Good Bye my last years, welcome New Year, happy time, happy day, everywhere ”, ku lihat lagi sebuah catatan kecil yang sempat ku tulis beberapa waktu yang lalu di tanggal terakhir kalender 2013. Malam ini adalah malam ketiga di tahun 2014, malam yang sunyi, malam yang sepi. Di tengah gelapnya malam, di antara lampu-lampu yang tak menyala, hanya kamarku yang masih berbinar. Malam yang dingin dan melelahkan, itulah yang terasa saat ini. Hanya angin yang berhembus pelan, menari di antara celah dedaunan yang setia menemaniku di malam kelam ini. Hati masih risau dan terbengkalai, otot dan saraf-saraf di tubuh ini masih merintih, namun mata masih enggan tuk terpejam.

Ku ambil gitar, ku coba merangkaikan suasana hati melalui melodi yang merambat dan bergetar. Namun sayangnya itu tak berhasil membuat hatiku merasa nyaman. Ku rebahkan kembali tubuhku di atas ranjang tempat tidur yang tak seberapa nyaman ini. Mata belum juga terpejam,. “December 30, time to action with TL theater team, Ganbatte kudasai ne!”, sebuah tulisan yang terselip di antara puluhan gambar yang terpampang di tembok membuatku menarik nafas yang dalam. Kemudian fikirku melambung jauh, ingatan tentang hari ini dan beberapa hari yang lalu mengunjungiku, mengganggu perasaanku.

Malam ini, malam yang menggetarkan hati. Ah bukan, tapi malam yang mengguncang jiwa. Hal ini tidak lagi seperti menggores hatiku, tapi telah merobek dan mencabik-cabik harapanku. Tak terbayangkan lagi waktu luang yang telah terbuang sia-sia dua minggu bahkan sebulan terakhir ini. Kebanggaan dan senyum yang seharusnya menjadi hasil akhir dari keringat selama ini, ironisnya hanya menyisakan rasa kecewa yang melumatkan hati. Kenangan dua minggu liburan akhir semester lalu merasuki otakku. Tiba-tiba aku teringat sesuatu, sebuah foto dan video yang tak sengaja dibuat ketika aku dan teman-teman teater berlatih untuk mempersiapkan diri untuk sebuah acara yang ternyata hanya sebagai ajang kekecewaan kami. Ketika aku lihat kembali saat-saat kebersamaan bersama mereka, sungguh aku merasa hidup kembali. Aku merasakan ada sesuatu yang melengkapi hidupku, melengkapi jiwaku, bersama mereka. Ada sesuatu yang tak mampu diwakili oleh kata apapun saat mata ini melihat senyum tertoreh di setiap wajah kami. Aku merasakan sentuhan kehangatan dan keterbukaan di setiap celah kebersamaan kami. Semangat api yang menyala saat kami berbondong-bondong berkeringat ke sekolah dikala teman-teman yang lain menikmati secangkir teh hangat di hari liburnya. Mendung, gerimis, becek, hujan, bahkan badai semua itu terasa sirna ketika kami saling bertemu satu dengan yang lainnya.

Mungkin berat rasanya mengorbankan hari libur dan kegiatan yang menyibukkan lainnya untuk sebuah pertemuan, tapi karena kami punya mimpi yang sama itu takkan seberapa. Memang senang rasanya latihan berjalan dengan cukup baik, meski pun tak terpungkiri banyak masalah yang melengkapi. Tapi ini lain lagi ceritanya, karena kerja keras kami dibayar dengan kekecewaan. Mungkin tak apa untuk teman-temanku, tapi aku sudah menaruh banyak harapan pada pementasan itu. Tangis tak terelakkan lagi, hanya air mata yang menggantikan keringat ku, keringat kami semua. Jujur itu menyakitkan untukku, meski pun ini bukan sakit yang pertama lagi.

Belum lekas sembuh juga luka saat itu, hari ini kesempatan yang seharusnya membantu menyembuhkan luka itu sebaliknya hanya mempersulit dan menambah kedalaman lukaku. Sungguh aku sangat kecewa, tidak hanya kepada orang lain, tapi juga diriku sendiri. Hmm, sebulan sudah aku dan anak-anak di desaku belajar menari, belajar kekompakan, dan khusus untukku belajar bersabar mendidik anak-anak yang nakal itu. Dua kali dalam seminggu aku meluangkan waktu untuk merasakan kebersamaan lainnya, yang tidak lain adalah mereka, anak-anak di desaku. Di sini, bersama mereka aku bisa mengerti bagaimana perasaan menjadi seorang kakak, seorang guru, seorang teman, dan belajar menahan diri. Yaah, dengan usaha dan sedikit tekanan batin, aku berusaha menggerakkan tangan-tangan kecil mereka, menuntun gerakan tubuh mereka yang masih kaku, dan itu cukup membuahkan hasil. Kami anak-anak desa yang mencintai alunan gamelan yang menghanyutkan jiwa, telah bersiap untuk menunjukkan apa yang telah kami persiapkan selama sebulan terakhir. Dengan semangat kami, dengan balutan keringat kami.

Tapi, hari ini kesiapan itu tengah berada dalam goncangan. Dengan berat hati, aku dan lima anak lainnya tak bisa ikut menari ataupun menyanyikan lagu-lagu indah dalam iringan gamelan tiga hari lagi karena suatu halangan yang tak pernah kami inginkan. Jujur, aku merasa berat melepas tempatku di pertunjukkan itu, aku merasa terpukul. Begitupun dengan anak-anak yang lain, aku melihat kesedihan mereka karena kehilangan enam anggota. Tapi aku tetap mendorong semangat mereka, karena ini adalah tanggung jawabku sebagai salah satu penuntun mereka. Hari ini pun, anak-anak itu datang menjemputku, menggandeng tanganku, meminta tuntunanku. Aku mengerti maksud mereka, mereka ingin aku menemani latihan mereka hari ini. Aku pun bergegas, bergegas meraih tangan-tangan kecil mereka.

Entah kenapa aku benar-benar merasa sedih, merasa kehilangan segala kesempatan yang bagaikan hanya membawa harapan kosong. Aku merasa semua pilihan yang aku buat terbuang begitu saja, tanpa ada hasil, tanpa kebanggaan sedikitpun. Hatiku terasa penuh, terasa panas, terasa sesak saat aku harus menerima kenyataan bahwa aku telah gagal. Menyesal rasanya karena telah banyak membuang-buang waktu tanpa ada hasil yang nyata untuk diriku sendiri.

Aku menghela nafas kembali, memejamkan mata sejenak dan bersiap menerima kenyataan yang ada. Ku coba ingat kembali mereka, teman-temanku di teater dan anak-anak desa. Aku membayangkan kembali saat-saat bersama mereka, orang-orang yang selalu ada untukku. Aku melihat tingkah anak-anak desa yang sering membuatku kesal setiap kali latihan, tidak menghiraukan kata-kataku, dan bahkan membuatku marah-marah. Aku bisa merasakan canda tawa mereka, tingkahnya yang masih kekanak-kanakan, tangisaan-tangisan lugu saat diganggu temannya yang lain, dan semangat mereka menyanyikan lagu dengan nada yang memecah gendang telinga. Aku juga mendengar kembali kata-kata konyol teman-temanku di teater, merasakan kebersamaan dan teringat kejahilan-kejahilan mereka. Akhirnya aku belajar dari semua yang terjadi akhir-akhir ini.

Semua yang terjadi memang membuatku terluka, membuatku sedih. Tapi dibalik semua itu ternyata tak ada hal yang sia-sia. Mereka semua mengajarkanku tentang ketegaran, tentang kebersamaan dan kehangatan. Karena setiap orang punya kesempatan, hanya saja kesempatan itu tidak berpihak kepadaku saat ini. Dengan begitu, aku bisa melepas anak-anak desa menari dan bernyanyi tiga hari lagi tanpaku, dan aku yakin mereka tak akan mengecewakan perjuangan yang sudah selama ini dilakukan dengan balutan aneka rasa. Begitu pun dengan teman-temanku di teater, mereka membuatku mengerti jika kami tak akan berhenti sampai disini. Karena kami takkan tenggelam lebih dalam lagi dalam kekecewaan. Dan kami akan selalu menyatukan mimpi kami, membuat kami semakin erat, dan akan terus berjuang karena kami tanpa laut. Biarlah mimpi buruk berlalu di tahun lalu, dan bersiaplah mengepakkan sayap untuk terbang bebas berlabuh pada mimpi indah di tahun yang baru ini. “dear my friens, we can’t do everything before we try to do something. Do the best, to be the best!”

Hmm… malam pun semakin larut, mata pun mulai lelah setelah bernostalgia kembali dengan kenangan-kenangan itu, dengan teman-teman teater yang konyol, dan anak-anak desa yang tak bisa diurus. Akhirnya aku tertidur bersama saat-saat menyebalkan dan menyenangkan dimana aku benar-benar di terima di sisi mereka, di tengah-tengah gerombolan wajah lugu anak-anak desa, dan di antara kehangatan tawa teman-teman tanpa laut. Aku menyukai itu, merasa bahagia, jatuh cinta dengan mereka, membencinya, merindukannya dan kemudian jatuh cinta lagi padanya.

Oleh : Dita Mahardika


Penantian Berujung Pelaminan

Santi bekerja sebagai seorang perawat di sebuah klinik, baginya pekerjaan menjadi perawat itu adalah impiannya sejak dulu yang kini telah terwujud. Meskipun Santi merasa bahwa pekerjaannya itu menyenangkan, namun beberapa hari ini ia cukup terganggu sebab beberapa kali ada telepon misterius yang mencari dirinya.

Seperti biasa Santi bekerja hingga malam dan sesampainya ia di rumah, tiba-tiba orang tua Santi memanggilnya untuk mengobrol di ruang keluarga. Tanpa menunggu lama, ibu langsung meminta Santi untuk bertemu dengan anak dari sahabatnya. Mendengar keinginan sang ibu, Santi malah langsung pergi untuk membuat teh hangat di dapur sembari menolak halus permintaan ibunya itu.

Namun, setelah ia selesai membuat teh dan kembali ke ruang keluarga, ayahnya langsung mengatakan bahwa ia ingin segera menimang cucu. Tentu saja, Santi terkejut mendengar ucapan ayahnya itu hingga ia hampir tersedak saat minum teh yang baru dibuatnya itu. Meskipun Santi tak menanggapi perkataan ayahnya itu, namun apa yang dikatakan oleh ayahnya membuatnya Santi tak bisa tidur semalaman.

Esok harinya, rekan kerja Santi di klinik kembali mengabari bahwa ada pria yang menelepon mencari dirinya. Setelah klinik tutup, Santi bergegas pulang, sesampainya di rumah ia melihat banyak orang duduk di ruang tamu dan terlihat berbincang-bincang dengan kedua orang tuanya. Santi sebenarnya enggan masuk ke rumah namun mau bagaimana lagi pintu masuk rumahnya hanya satu.

Mau tidak mau Santi akhirnya masuk ke rumah sambil tersenyum kecil lalu langsung masuk ke dapur. Di dapur ia melihat adiknya sedang membuat kopi dan teh untuk para tamu yang ada di ruang tamu. Salma tanpa ditanya langsung berkata “Kak, itu yang di ruang tamu calon keluarga baru kakak lho”. Mendengar apa yang dikatakan adiknya itu, tentu saja Santi kaget walau sebenarnya ia merasa ada seorang pria muda yang berhasil memikat hatinya.

Tak berapa lama, ibu memanggil Santi untuk ke ruang tamu dan kemudian ibu langsung memperkenalkan Santi dengan para tamu tersebut yang ternyata adalah keluarga sahabat ibu yang diceritakan kemarin. Andre anak dari sahabat ibu langsung memperkenalkan diri dan ternyata sebenarnya Andre adalah teman SMA Santi yang pernah ditaksirnya.

Tak disangka, pria yang pernah ditaksirnya semasa di bangku sekolah itu kini datang melamarnya. Selain itu ternyata penelepon misterius yang selama ini mencari Santi di klinik itu adalah Andre. 6 bulan berlalu, akhirnya Santi dan Andre menikah, aura bahagia begitu terpancar dari kedua sejoli yang kini resmi bersanding di pelaminan itu.


Gadis Penjaga Tikar

Suasana Kebun Raya Bogor yang dipenuhi dengan pengunjung.baik Laki-laki, perempuan, tua maupun muda semuanya ada disana. Saat itu ialah hari libur panjang sekolah sehingga banyak pengunjung yang akan pergi liburan. Mereka juga ingin menikmati suasana malam dan menghilangkan stres/jenuh.

Seorang anak kecil tiba-tiba datang. Dengan pakaian yang sederhana, ia juga menjajakan tikar dari plastik kepada para pengunjung ke pengunjung lain, ia terus menawarkan tikarnya. “Pak, mau sewa tikar?”katanya pada Pak andi. “Berapa harga sewa satu lembar tikarnya?”tanya Pak andi. “Lima ribu rupiah, Pak!”jawabnya dengan suara lembut. “Bagaimana kalau Bapak ambil tiga puluh ribu rupiah?”tanya Pak andi itu lagi. Gadis itu diam sejenak.lalu Kemudian ia pun berkata,”Baiklah kalau begitu. Silahkan di pilih, Pak!”.

Pak andi akan memilih tikar plastik yang akana disewanya. Dalam hati Pak andi ada rasa tak tega melihat gadis itu. Gadis itu berusia delapan tahun harus bekerja keras untuk mendapatkan selembar uang. “Kamu sekolah?”tanya Pak andi. “ iya Sekolah, Pak! Saya kelas 4 SD. “jawabnya.”Mengapa kamu menyewakan tikar plastik ini?”tanya Pak andi lagi. “Saya harus membantu ibu saya drumah. “jawab gadis itu. “Kemana ayahmu?”Pak andi bertanya lagi. “Bapak telah lama meninggal dunia. Untuk itu, saya harus membantu ibu untuk mencari selembar uang,”jawab gadis itu pelan. Mendengar cerita gadis tersebut, Pak andi merasa tak tega.

Pak andi merasa kasihan terhadap anak tersebut. Diambilnya ada beberapa lembar uang dua puluh ribuan lalu akan diberikannya kepada gadis kecil itu. “Pak maaf, saya diajarkan tidak boleh menerima uang jika tidak bekerja, “katanya sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Mengapa?”tanya Pak andi heran. “Kata ibu, saya boleh menerima uang kalau memamg hasil bekerja sendiri. Saya tidak boleh meminta belas kasihan dari orang lain. “Mendengar perkataan gadis itu, Pak andi makin terharu. Ia tahu kalau ibu gadis kecil itu seorang yang berhati emas. “ yasudah Begini saja, kalau memang harus bekerja, sekarang bantu Bapak beserta keluarga. Tolong kamu bawakan rantang ini. Kita akan makan bersama-sama di bawah pohon yang lumayan besar itu!” kata Pak andi ramah. Pak Umar maupun keluarga menuju ke bawah pohon yang besar tersebut. Mereka pun dapat menggelar tikar plastik yang baru saja disewanya pada gadis kecil itu. Gadis kecil itu pun diajak untuk makan bersama keluarganya.

Demikianlah ulasan dari Seputarpengetahuan.co.id tentang Teks Cerpen , semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian. Terimakasih telah berkunjung dan jangan lupa untuk membaca artikel lainnya

Daftar Isi