√ Contoh Teks Editorial, Ciri, Struktur & Kaidahnya Lengkap

Contoh Teks Editorial, Ciri, Struktur & Kaidahnya Lengkap – Pada artikel sebelumnya kita sudah sedikit membahas tentang teks editorial. Disana membahas pengertiannya, fungsinya, tujuan dan manfaat dari teks editorial, untuk lebih jelasnya silahkan klik disini. Nah disini kita masih akan membahas tentang teks editorial mengenai ciri-ciri, struktu, kaidah dan contohnya dengan lengkap. Mari kita bahas.

Contoh Teks Editorial, Ciri, Struktur & Kaidahnya Lengkap

Sebelum kita memberikan contohnya, ada baiknya kita melihat dulu ciri-ciri dari teks editorial.

Ciri-ciri Teks Editorial

Ada beberapa ciri dari teks editorial ini yaitu:

  • Berisi fakta umum dan pendapat pribadi penulis.
  • Bersifat analisis.
  • Menggunakan pemikiran logis dalam menyampaikan pendapat.
  • Di tulis dalam perspektif tertentu untuk mengungkapkan kebenaran pendapat sehingga jika dilihat dari perspektif yang berbeda, kebenaran tersebut bisa bermakna lain atau malah sebaliknya.
  • Dimulai dari pemaparan fakta umum terlebih dahulu dan kemudian disusul dengan pemaparan pendapat. Hal ini bisa terjadi sebaliknya. Lebih jelasnya simak pada bagian penjelasan tentang struktur teks editorial.
  • Bersifat argumentatif sehingga teks ini bisa saja disebut sebagai teks argumentatif atau berisi pemaparan argumen/pendapat/gagasan.
  • Menggunakan kaidah kebahasaan tertentu sebagaimana yang akan dijelaskan pada bagian berikutnya.

Struktur Teks Editorial

Sebenarnya teks editorial ini tidak memiliki struktur yang pasti karena pada faktanya teks editorial yang bisa dibaca di media masa tidak bisa dikategorikan dalam satu jenis struktur tunggal. Akan tetapi, di sekolah biasanya diajarkan mengenai struktur dasar dari teks editorial yang tersusun menjadi 3 bagian, yakni:

  1. Pernyataan Pendapat
    Pernyataan pendapat berisi pendapat umum yang diperoleh dari fakta/fenomena yang sedang hangat dipebincangkan.
  2. Argumentasi/Opini
    Pada bagian ini lebih kental dengan ulasan, analisis dan gagasan pribadi penulis dengan sudut pandang tertentu sehingga terasa lebih tajam jika dibandingkan dengan pendapat umum yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya.
    Pada bagian ini memungkinkan penulis untuk memasukkan pendapat/kutipan dari penulis lain dengan topik terkait sebagai gagasan pendukung opini penulis.
  3. Pernyataan Ulang Pendapat (penutup)
    Bagian ini lebih tepat dikatakan sebagai penutup. Umumnya disertai dengan pernyataan ulang pendapat penting yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya.

Dengan demikian, pernyataan pendapat tersebut terkesan lebih utama, penting, dan dapat diserap dengan mudah oleh pembaca.

Meski demikian, banyak sekali teks editorial yang strukturnya tidak runut seperti yang disebutkan diatas, adakalanya argumentasi ditulis di awal teks yang disusul dengan pernyataan pendapat, pernyataan ulang pendapat dan penutup, atau bahkan teks editorial diawali dengan sebuah abstraksi yang memaparkan terlebih dahulu fakta-fakta yang digunakan.

Kaidah Teks Editorial

Ada 5 kaidah kebahasaan teks editorial, yakni:

  • Ditulis dalam bentuk paragraf dan dalam satu teks berisi beberapa paragraf.
  • Menggunakan kalimat aktif dan pasif.
  • Cenderung di tulis dalam bahasa formal sebagai penjelasannya, dan bisa juga non formal dalam ranah pemaparan fakta lapangan, misalnya teks ini mengambil fakta yang berasal dari ucapan narasumber di lapangan yang ditulis apa adanya (bahasa lisan).
  • Sebagaimana jenis tulisan lainnya, teks editorial tentunya menggunakan adverbia, konjungsi, kata benda, kata sifat, kata kerja, dan berbagai jenis tanda baca pada umumnya.
  • Teks editorial bisa disisipkan kutipan sekaligus catatan kaki/refrensi dengan format tertentu.

Contoh Teks Editorial

Berikut ini adalah sebuah contoh teks editorial yang bisa kita pelajari dengan mudah, simak ulasannya.

Soal Gedung Baru DPR, Harusnya Wakil Rakyat Malu Dengan Presiden

JAKARTA – Wacana Pembangunan gedung baru yang disertai apartemen oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menuai polemik di masyarakat. Bahkan wakil rakyat terbelah dalam menyikapi wacana gedung baru tersebut.

Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago mengaku mempertanyakan adanya wacana DPR yang ngotot ingin membangun gedung baru itu, sementara DPR dinilai minim prestasi dalam hal legislasi dan pengawasan.

Menurutnya, sebuah konsekuensi logis sikap anggota DPR tidak lagi berpikir dengan akal sehat (common sense) dan matinya hati nurani.

“Presiden saja sebagai kepala negara tidak pernah membuat wacana apalagi sampai meminta gedung atau Istana baru walaupun seperti diketahui bahwa usia Istana Negara sudah sangat tua, sedangkan DPR hampir setiap tahun merengek meminta gedung baru dengan berbagai alasan dan lagu lama kaset usang. Padahal usia Gedung DPR lebih muda dibandingkan usia Istana Negara,” ujar Pangi dalam siaran persnya, Rabu (23/8/2017).

Berdasarkan survei Global Corruption Barometer (GCB) selama Juli 2015 sampai Januari 2017, menempatkan legislatif sebagai lembaga paling korup, setidaknya selama tiga tahun terakhir.

Catatan: Teks berita berikut ini diambil dari koran Sindo, 26-17-2017 Ditulis oleh: Rakhmatulloh

Analisis:
Dalam penggalan teks berita tersebut terdapat dua jenis paragraf, yakni paragraf fakta dan paragraf opini. Berikut penjelasannya:

Fakta:

  • Paragraf fakta terdapat dalam paragraf 1, 4 dan 5 karena dalam paragraf tersebut memuat konten-konten faktual yang terjadi saat ini.
  • Pada paragraf pertama, faktanya memang DPR memunculkan wacana untuk membangun gedung baru dan hal ini menimbulkan polemik di masyarakat pada paragraf ke 3.
  • Presiden tidak mengajukan pembangunan atau renovasi istana negara adala fakta, usia gedung istana negara lebih tua daripada gedung DPR adalah fakta, dan DPR selalu minta berbagai fasilitas baru setiap tahunnya adalah fakta.

Opini:

  • Sementara pada paragraf ke 2 dan ketiga dalam kutipan berita tersebut berisi teks opini.
  • Pertama, pada paragraf kedua, bahwa DPR minim prestasi merupakan suatu opini meski hal itu berdasarkan fakta.
  • Kenapa opini? Karena ujaran tersebut dimaksudkan sebagai kritik sekaligus penilaian.
  • Sementara pada paragraf ke 3, DPR tidak bisa berfikir dengan akal sehat serta tak disertai dengan hati nurani dalam setiap tindakannya merupakan opini yang dibentuk berdasarkan fakta, terlebih di dukung oleh fakta pada paragraf ke 5 yang menyatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir DPR merupakan lembaga negara yang paling korup.

Demikianlah pembahasan kita mengenai Contoh Teks Editorial, Ciri, Struktur & Kaidahnya Lengkap. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan membantu pemahaman tentang teks editorial. Sekian dan terimakasih.

Daftar Isi